Potongan sampai dengan 50% untuk pembayaran langsung (T&C Applied)
Selamat, TransforMers! Kamu sudah bekerja keras dan akhirnya berhasil kuliah di luar negeri. Tapi setelah euforia itu lewat, muncul rasa yang diam-diam menyelinap: rindu rumah. Kangen suasana pagi di rumah, obrolan santai sama keluarga, atau sekadar aroma nasi goreng dari warung langganan. Kalau kamu merasa seperti itu, tenang—itu wajar. Artikel ini akan membantumu memahami homesickness dan bagaimana cara menghadapinya, supaya kamu tetap sehat secara mental dan menikmati pengalaman studi di luar negeri dengan lebih nyaman.
Tinggal di luar negeri bisa menjadi pengalaman yang membuka banyak pintu tapi juga membawa tantangan emosional, salah satunya homesickness. Perasaan ini muncul saat kamu jauh dari hal-hal yang selama ini familiar: keluarga, makanan, bahasa, bahkan suasana rumah. Wajar kalau kamu merasa tidak nyaman atau tiba-tiba sedih tanpa alasan yang jelas. Itu bukan kelemahan, itu tanda kamu sedang beradaptasi.
Menurut survei dari ICEF Monitor, 46% pelajar Indonesia mengaku khawatir akan merasa homesick saat studi ke luar negeri (hampir setara dengan kekhawatiran soal keamanan).
Kenapa bisa begitu?
Kadang kita merasa ada yang “nggak enak” tapi nggak tahu kenapa. Ini beberapa tanda yang mungkin kamu alami:
Kalau kamu mulai mengalami hal-hal ini, bisa jadi itu cara tubuh dan pikiranmu menunjukkan bahwa kamu sedang butuh koneksi dengan “rumah”.
Berikut beberapa langkah sederhana tapi efektif untuk membantu kamu tetap stabil secara emosional:
Terhubung dengan sesama pelajar bisa memberikan rasa kebersamaan yang sangat membantu.
Menjaga hubungan tetap dekat, tanpa harus bergantung setiap hari, membantu kamu tetap terkoneksi tanpa kehilangan ruang untuk tumbuh.
Menulis adalah cara yang baik untuk memproses emosi. Kamu bisa mengenali pola perasaan dan melihat bagaimana kamu berkembang dari waktu ke waktu.
Rutinitas memberi struktur dan rasa stabilitas, sesuatu yang sangat dibutuhkan saat lingkungan terasa asing.
Entah itu klub debat, kelas yoga, atau komunitas fotografi, melibatkan diri dalam hal baru bisa memperluas perspektif dan mengisi kekosongan emosional.
Musik bisa jadi pengantar suasana hati dan memudahkan kamu mengatur emosi di hari-hari sulit.
Rindu rumah bukan hanya bisa dikelola, ia juga bisa dikreasikan. Banyak pelajar Indonesia yang menyalurkan homesickness menjadi sesuatu yang inspiratif:
Contohnya, “Sehari Bersama Mahasiswa Indonesia di Seoul” atau “Berburu Makanan Halal di London dengan Budget Terbatas”. Konten seperti ini nggak cuma menghibur, tapi juga jadi catatan perjalanan pribadi.
Tangkap hal-hal kecil yang membuatmu teringat Indonesia: cuaca, makanan, suasana kota. Kadang detail terkecil punya cerita paling kuat.
Kamu bisa mengubah pengalamanmu menjadi tulisan pendek, blog, atau puisi. Bukan cuma terapi pribadi, tapi juga bisa menjadi jembatan untuk orang lain memahami apa yang kamu rasakan.
Homesickness adalah bagian dari pengalaman tinggal di luar negeri dan itu sangat manusiawi. Yang penting, kamu tahu bahwa perasaan ini bisa dikelola, bahkan diubah menjadi sesuatu yang memperkaya perjalananmu. Beri waktu untuk dirimu sendiri, bangun kebiasaan baru, dan tetap terbuka untuk hal-hal yang bisa membuatmu tumbuh. Karena pada akhirnya, kamu tidak hanya belajar di luar negeri, kamu juga belajar tentang diri sendiri.